TugasVIII
TELAAH DRAMAINDONESIA
(Struktur Alur)
OLEH
NIKARLINA
F11111102
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
SASTRA
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Analisis Struktur Alur dalam Drama I Tolok Karya Rahman Arge
Menurut Luxemburg alur merupakan konstruksi yang dibuat
oleh pembaca mengenai suatu peristiwa secara logik dan kronologik. Sudjiman
mengatakan alur adalah pengaturan urutan peristiwa baik secara kronologis maupun
kausalitas. Sedangkan Waluyo, (2001:8)
menerangkan bahwa plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal sampai
akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan.
Gustaf Freytag (dalam Waluyo,2001:8) unsur-unsur alur /
plot, meliputi :
a.
Exposition atau awal cerita. Pada tahap ini biasanya
pengarang memberikan pemaparan, pelukisan, pengantar atau pengenalan situasi
awal mengenai waktu, tempat, keadaan, tokoh-tokoh dan peristiwa.
Dalam
drama I Tolok karya Rahman Arge eksposisinya dapat dilihat
pada penggalan cerita dibawah ini :
“I TOLOK DAENG
MAGASSING ADALAH SALAH SATU NAMA YANG TELAH JADI LEGENDA DI KALANGAN MASYARAKAT
BUGIS-MAKASSAR. I BERASAL DARI NEGERI GOA DAN TUMBUH MENJADI SEORANG LELAKI
YANG HIDUPNYA MIRIP-MIRIP ROBIN HOOD.
PADA SEKITAR
TAHUN-TAHUN AWAL MASUKNYA BELANDA DI SULAWESI SELATAN, IA MULAI. DILAWANNYA
BELANDA DAN KAKI TANGANNYA. DIGARONGNYA MEREKA. DAN DIBAGIKAN HASILNYA KEPADA
ORANG-ORANG MISKIN.
IA SUKAR
DITANGKAP, TAPI TERTIPU DALAM SUATU KENDURI, DI RUMAH BACO PA’TENE TETANGGANYA.
PASUKAN BELANDA MENGEPUNG KENDURI ITU DAN MEMBUNUHNYA. KINI IA DISEBUT
PAHLAWAN, TAPI JUGA ADA YANG MENUDINGNYA SEKADAR PENYAMUN.” Rahman Arge (dalam
Efendi, 2005:163)
Penggalan cerita
diatas menjadi pengantar awalnya cerita yang memperkenalkan siapa si tokoh
utama dalam hal ini I Tolok yang bersal dari negeri Goa. Dijelaskan pula
situasi awal mulainya I Tolok melawan Belanda dan kaki tangannya yakni pada
sekitar tahun-tahun awal masuknya belanda di sulawesi selatan. I Tolok
menggarong mereka kemudian mebagi-bagikan hasil garongannya kepada orang-orang
miskin. Namun, ia harus tewas dalam suatu kenduri yang dibuat oleh tetangganya
Baco Pa’tene sebagai tipuan untuk membunuhnya. Setelah kematiannya, ia disebut
sebagai pahlawan, tapi ada juga yang menudingnya sekadar penyamun.
b.
Komplikasi / penggawataan / pertikaian awal, dalam
tahap ini pengarangan menyajikan latar belakang atau yang menjadi penyebab
pertikaian awal antar tokoh dalam cerita. Seperti yang terlihat pada penggalan
drama I Tolok karya Rahman Arge di bawah ini:
“PADA
SEKITAR TAHUN-TAHUN AWAL MASUKNYA BELANDA DI SULAWESI SELATAN, IA MULAI.
DILAWANNYA BELANDA DAN KAKI TANGANNYA. DIGARONGNYA MEREKA. DAN DIBAGIKAN
HASILNYA KEPADA ORANG-ORANG MISKIN.”Rahman Arge (dalam Efendi, 2005:163).
Pada penggalan cerita di atas dijelaskan bahwa
penyebab terjadinya pertikaian awal antar tokoh adalah masuknya Belanda di
Sulawesi Selatandan I Tolok mulai melawan serta menggarong Belanda dan kaki
tangannya dan membagikan hasilnya kepada orang-orang miskin.
c.
Klimaks
atau titik puncak cerita, dimana dalam tahap ini pengarang menyajikan konflik
yang meningkat hingga mencapai klimaks atau titik puncak kegawatan dalam
cerita.
Dalam drama I Tolok karya Rahman
Arge peningkatan konfliknya terlihat ketikaJahek kembali membawa berita
kematian I Tolok dan sahabat-sahabatnya
yang lain dalam kenduri yang dibuat oleh Baco Pa’tene.
“JAHEK : Baco Pa’Tene,
Si Kumis Melintang, tak dapat dipercaya.
SARAMPA : Ia dengan
kehalusannya yang beracun. Telah kuduga sebelumnya. Upacara berdarah! Telah
lama ia siapkan! Jahat!” Rahman Arge (dalam Efendi, 2005:176).
Penggalan
dialog di atas memperjelas bahwa kenduri yang dibuat oleh Baco Pa’Tene adalah sebuah tipu daya untuk menjebak I
Tolok dan kemudian membunuhnya.
Setelah I Tolok tewas, orang-orang
kemudian menjadi resah karena
pelindung mereka telah tiada. Keresahan mereka kemudian berubah menjadi amarah
sekaligus kekuatan untuk melawan Belanda. Mereka kemudian memutuskan untuk
membalaskan kematian I Tolok kecuali Orang Pertama yang memutuskan lebih
memilih bersekutu dengan Tuan Petorok. Akhirnya timbullah perselisihan antara Orang
Ketiga dan orang pertama yang menyebabkan sekali lagi I Tolok telah mati.
“ORANG KETIGA : (MENCEGATNYA) Mau kemana kau ?
ORANG KESATU :
Ke Baco Pa’Tene
ORANG KETIGA :
Langkahi dulu mayatku! Cabut badikmu!.......”Rahman Arge (dalam Efendi, :191).
“ORANG KETIGA : (MEMEGANG PERUTNYA, MELEMAH, DAN
PUCAT) Saya basah daengku! (IA REBAH)
ORANG KESATU :(MEMECAHKAN KESUNYIAN SAMBIL BERLARI
KE DALAM KELAM) hidup memang berpihak padaku.”Rahman Arge (dalam Efendi, 2005:192).
Setelah perselisihan diatas, Orang ketiga
tewas dan Orang kesatu menemui Baco Pa’tene. Kemudian Orang-orang yang lainnya
semakin memuncak amarahnya untuk melawan Belanda dan kawanannya. Mereka
kemudian bersatu menunggu kedatangan mereka.
d.
Resolusi, dalam tahap ini konflik yang memuncak
mulai mereda, rahasia mulai terkuak, jalan kemuar mulai di temukan.
Dalam drama I Tolok karya Rahman
Arge ini konflik mulai mereda ketika Baco Pa’tene, Orang
kesatu, Komandan beserta serdadunya datang
dan memberikan penawaran. Namun, orang-orang marah dan kemudian menyerbunya.
Sehingga komandan lalu memerintahkan serdadunya untuk menembak. Dapat dilihat
pada penggalan teks dibawah ini :
“(ORANG-ORANG MARAH;
MERAUNG DAN MENYERBU. KOMANDAN PANIK , DAN MEMERINTAHKAN TEMBAK. SEMUA TEWAS.
DIAM. KOMANDAN TERCENUNG MEMAN-DANGI MAYAT-MAYAT ITU)”Rahman Arge (dalam Efendi, 2005: 198).
Kemudian setelah
membunuh orang-orang itu, si Komandan memerintahkan kembali seradadunya untuk
membunuh Baco Pa’tene dan Orang kesatu. Hingga tak ada lagi yang tersisa
kecuali Jahek yang tanpa sepengetahuan si komandan ternyata tidak mati karena
hanya ditembaki dengan peluru dingin.
e.
Conclusion
atau selesaian, dalam tahap ini merupakan bentuk penyelesaian akhir dari sebuah
cerita.
Dalam drama I Tolok karya Rahman
Arge ini, kemudian berakhir ketika Jahek bercerita tentang kisah I Tolok
dan akhirnya setelah Jahek menceritakannya, ia pun meninggal. Seperti pada
penggalan teks dibawah ini :
“JAHEK :
(SEBELUM PADA AKHIRNYA ROBOH, SEMPAT TERSENYUM) selamat datang, Daengku...
Jemput tanganku ke atas gero-bakmu...”Rahman Arge (dalam Efendi, 2005:198).
Penggalan teks di atas menjadi akhir dari cerita
drama yang menjelaskan kematian Jahek yang damai dengan senyumannya sebelum
meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar