Dari penggalian-penggalian
arkeologis di pelbagai tempat ahli-ahli purbakala memperkirakan bahwa kehadiran
makhluk yang mirip manusia (hominoid)
sudah ada beberapa juta tahun yang lalu. Makhluk yang disebut hominoid adalah
sejenis makhluk yang termasuk dalam kelas makhluk yang memiliki bentuk yang
mirip dengan manusia, tetapi kekurangan ciri-ciri tertentu, misalnya ukuran
otak.
Pithecanthropus (yang tengkorak-tengkoraknya banyak
terdapat di Mojokerto, Sangiran, Trinil) oleh Dr. Teuku Jacob diperkirakan
berkomunikasi linguistic secara terbatas, tetapi masih harus dibantu oleh
isyarat-isyarat tubuh. Ia sudah memiliki pra-bahasa (Jacob,1980: 85).
Kesimpulan Dr. Jacob bahwa manusia Pithecantropus sudah bisa berbahasa
ditunjang oleh kenyataan, bahwa sikap tegak sudah tercapai, meskipun lentik
leher masih belum sempurna. Sikap tegak, demikian menurut Dr. Jacob, merupakan
factor yang sangat penting untuk memungkinkan adanya saluran suara yang sesuai
untuk berkomunikasi verbal.
Selanjutnya Dr. Jacob
menarik kesimpulan sebagai berikut:
Dengan demikian kami berpendapat bahwa bahasa berkembang perlahan dari
system tertutup ke system terbuka antara 2 juta hingga ½ tahun yang lalu,
tetapi baru dapat dianggap sebagai proto-lingua antara 100.000 hingga 40.000
tahun lalu. Perkembangan yang penting baru terjadi sejak H. Sapiens, tetapi perkembangan bahasa yang pesat barulah di zaman
pertanian. (Jacob,1981: hal.85)
Karena
tidak ada data-data yang tertulis mengenai bagaimana timbulnya bahasa umat
manusia dahulu kala, maka telah dilonrtarkan berbagai macam teori mengenai hal
itu.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian
Linguistik
Bandingan Historis (Linguistik Historis komperatif) adalah suatu cabang dari
ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta
perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut.
Unsur-unsur bahasa itu dapat diperbandingkan berdasarkan kenyataan dalam
periode yang sama, maupun perubahan-perubahan yang telah terjadi antara
beberapa periode.
Linguistik
Bandingan Historis pertama-tama merupakan sebuah cabang ilmu Bahasa yang
membandingkan bahasa-bahasa yang tidak memiliki data tertulis, atau dapat pula
dikatakan bahwa Linguistik Bandingan Historis adalah suatu cabang ilmu bahasa
yang lebih menekankan teknik dalam pra-sejarah bahasa. Bahasa adalah suatu alat
pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau
peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara bersama-sama.
b. Tujuan
Linguistik Bandingan Historis
Ada beberapa tujuan dan kepentingan Linguistik
Bandingan Historis yakni sebagai berikut :
1)
Mempersoalkan
bahasa-bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsur-unsur
yang menunjukkan kekerabatannya. Bidang yang dipergunakan adalah bidang
fonologi dan morfologi.
2)
Mengadakan
rekonstruksi bahasa-bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa-bahasa purba
(bahasa-bahasa proto) atau bahasa-bahasa yangmenurunkan bahasa-bahasa
kontenporer.
3)
Mengadakan
pengelompokan bahasa-bahasa yang termauk dalam satu rumpun bahasa.
4)
Akhirnya
Linguistik Historis Kompratif juga berusaha untuk menemukan pusat-pusat
penyebaran bahasa-bahasa proto dari bahasa-bahasa kerabat, serta menentukan
gerak migrasi yang pernah terjadi.
c. Teori – Teori
Dibawah
ini akan dikemukakan teori-teori yang penting yang dilancarkan sejauh ini
mengenai timbulnya bahasa.
1.
Teori tekanan social
2.
Teori onomatopetik atau ekoik
3.
Teori interyeksi
4.
Teori nativistik atau tipe fonetik
5.
Teori ‘Yo-He-Ho’
6.
Teori isyarat
7.
Teori permainan vocal
8.
Teori isyarat oral
9.
Teori control social
10. Teori kontak
11. Teori Hockett-Ascher
d. Klasifikasi
genetis
Klasifikasi genetis atau klasifikasi genealogis
merupakan suatu proses pengelompokan pengelompokan bahasa-bahasa sebagai hasil
yang dicapai dan tujuan yang ketika di atas, yaitu berusaha untuk mengadakan
pengelompokan bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun.
Kelompok atau rumpun bahasa yang disimpulkan dari
metode yang dikembangkan dalam Linguistik Bandingan Historis, adalah :
1)
Rumpun Indo-Eropa: terdiri dari cabang-cabang German,
Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavia, Roman, Keltik, dan Gaulis.
2)
Rumpun Semito-Hamit:terdiri dari sub-rumpun Hamit_Koptis,
Berber, Kushit, dan Chad; dan sub-rumpun Semit terdiri dari: Arab, Etiopik, dan
Ibrani.
3)
Rumpun Chairi-Nil: bahasa-bahasa Bantu ( Luganda,
Swahili, Kaffir, Subiya, Zulu, Tebele) dan bahasa khoisan (Bushman dan
Hottentot).
4)
Rumpun Dravida:Bahasa-bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayam, dan
Brahuidi Baluchistan.
5)
Rumpun Austronesia:disebut juga Melayu-polinesia yang
terdiri dari bahasa-bahasa Indonesia, Melanesia, Polinesia.
6)
Rumpun Austro-Asiatik: Mon-Khmer,
Palaung, munda, Annam.
7)
Rumpun Finno - Ugris:
Hungar (Magyar), Lap, Samoyid.
8)
Rumpun Altai: Turki,
Mongol, Manchu-Tungu.
9)
Rumpun Paleo-asiatis(Hiperboreis): bahasa-bahasa di Siberia.
10) Rumpun
Sino-Tibet: Cina, Tai,
Tibeti-burma, Yenisei-Ostyak.
11) Rumpun
Kaukasus:Kaukasus Utara dan Selatan (Georgia).
12) Bahasa-bahasaIndian: Eskimo-Aleut, Na-Dene,
Algonkin-Wakashan, hokan, Sioux, Penutian, Aztek-Tanoan, Maya.
13) Bahasa-bahasa lainseperti: bahasa-bahasa
Irian, Australia dan Kadai.
e. Ciri-ciri Klasifikasi genetis
Klasifikasi genetis mengandung ciri-ciriberikut: non-arbiter,
ekshautif, danunik. Klasifikasi
genetis bersifat non-arbiter karena hanya ada satu dasar saja yang dipergunakan untuk mengadakan klasifikasi ini yaitu berdasarkan garis keturunan. Apa yang dirangkum dalam pengertian garis keturunan ini sebenarnya dikembalikan lagi pada kesamaan kata-kata, ciri-ciri
fonologis,
morfologis, dan sebagainya yang dianggap diwariskan dari bahasa-bahasa proto sebelumnya.
Ciri yang kedua adalah ekshautifatautuntas. Yang dimaksud dengan ekshautif atau tuntas adalah bahwa dengan mempergunakan garis keturunan tadi, semua bahasa di dunia dapat dikelompokkan dalam rumpun-rumpun, sub-rumpun, dan
kelompok-kelompok tertentu. Dan yang ketiga
yakni ketika tiap bahasa hanya dapat memiliki keanggotaan tertentu, dengan kata lain
tidak mungkin
pada saat yang sama bahasa itu menjadi anggota dari rumpun bahasa berlainan. Bahasa Indonesia misalnya
sekali menjadi anggota rumpun bahasa Austronesia, untuk selamanya hanya masuk dalam rumpun itu; tidak mungkin ia masuk dalam rumpun Indo-Eropa misalnya. Tidak merangkap keanggotaannya ini disebut unik.
Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, maka pengaruh timbal-balik antara bahasa-bahasa bertambah besar. Sehingga ada kemungkinan bahwa suatu bahasa mengandung pula ciri-ciri
dari rumpun bahasa lainnya, disamping ciri-ciri rumpun bahasa yang diturunkan padanya secara genealogis. Walaupun klasifikasi genetis didasarkan pada garis keturunan, namun ia mempergunakan juga criteria tipologis yaitu criteria bunyi-arti, kriteria yang didasarkan
pada bidang leksikal. Klasifikasi genetis dengan demikian merupakan suatu produk dari Linguistik Banding Historis itu sendiri.
f. Sejarah Linguistik Bandingan Historis
Sejarah perkembangan Ilmu Bahasa dalam abad XIX dan pada awal abad XX, dapat dibagi dalam beberapa periode sebagai dikemukakan dibawah ini.
1.
Periode I (1830-1860)
Periode ini dimulai dengan Franz Boop (1791-1867) dan
diakhiri dengan August Schleicher.
Franz boop dianggap sebagai tokoh yang meletakkan dasar-dasar Ilmu Perbandingan Bahasa.
Dalam periode ini telah dimulai juga penyelidikan etimologis kata-kata, tetapi
dengan mempergunakan metode yang lebih baik dari masa sebelumnya. Tokoh utamanya adalah F. Pott (1802-1887).
Seorang tokoh lain yang perlu disebut namanya adalah Wilhem von Humboldt
(1767-1835). Ia mengemukakan suatu klasifikasi atas bahasa-bahasa didunia yang umum diterima sebagai penyempurnaan dari klasifikasi atas bahasa-bahasa di dunia yang
umum diterima
sebagai penyempurnaan dari klasifikasi von Schlegel.
2.
Periode II (1861-1880)
Periode dimulai dengan
seorang tokoh terkemuka August Schleicher (1823-1868) dengan bukunya yang
terkenal Compendium der vergleichenden
Gramatik .Tokoh yang kedua adalah G. Curtius (1820-1885). Ia berjasa besar
dalam menerapkan metode pertandingan untuk Filologiklasik. Tokoh-tokoh lain
yang perlu disebut dalam periode ini adalah Max Muller (1823-1900) dan D.
Whitney (1827-1894).
3. Periode III (1880-akhir abad XIX)
Penemuan-penemuan baru yang diperoleh dalam tahun
1870-1880, mempengaruhi juga perkembangan Ilmu Bahasa. Dalam periode sesudah
tahun 1880, muncullah suatu kelompok ahli tata bahasa yang menamakan dirinya Junggramatiker (Neo Grammatici). Mereka menambahkan lagi kaidah-kaidah baru pada
hukum-hukum bunyi yang sudah ada: “Bunyi-bunyi berubaha menurut Hukum bunyi
tertentu tanpa terkecuali (ausnahmlos)”.
Karya utama yang kemudiann diikuti oleh ahli-ahli
lain jaman ini adalah Grundriss der
verleichenden Gramatik der indogermanichen Sprachen (1866-1900) yang
disusun bersama Karel Bruggmann dan B. Delbruck, yang terdiri dari lima bagian.
Bagian pertama dan kedua disusun oleh Bruggmann yang membicarakan fonologi,
morfologi, dan pembentukan kata, sedangkan ketiga bagian lainnya ditulis oleh
Delbruck mengenai sintaksis.
4.
Periode
IV (awal abad XX)
Ilmu Bahasa dalam awal abad XX sebenarnya sudah
dimulai dengan penemuan-penemuan dari abad XIX. Penemuan-penemuan pada abad XIX
yang belum memberi ciri khusus sebagai aliran yang khas, baru menemukan
bentuknya yang khas itu pada abad XX. Sebab itu juga pada awal abad XX lahirlah
bermacam-macam aliran baru dalam ilmu bahasa. Aliran-aliran yang terpenting
adalah :
a)
Fonetik
berkembang sebagai studi ilmish. Sejalan dengan perkembangan itu para ahli
mencurahkan pula penelitian atas dialek-dialek.
b)
Sejalan
dengan perkembangan studi atas dialek-dialek dengan mempergunakan metode-metode
fisiolegi, fisika, dan psikologi, maka muncul pula cabang baru dalam Ilmu
Bahasa yaitu Psikolinguistiik dan Sosiolinguistik.
c)
Suatu
aliran lain dari awal abad XX adalah aliran
Praha, yang muncul sebagai reaksi terhadap studi bahasa yang terlalu halus sampai
kepada bahasa individual (idiolek).
Berhasil
tidaknya Linguistik Historis Kompratif banyak tergantung dari
kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan dalam Linguistik Deskriptif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar